-->

Beda Negara Beda Budaya Makan

Blog Iman Prabawa - Perancis terkenal akan kulinernya yang lezat. Tapi, nama-nama hidangan Perancis yang rumit bisa menjadi tantangan tersendiri, terutama bagi para penggemar kuliner di China.

Tantangan terbesar adalah persoalan linguistik. Bagaimana caranya menerjemahkan istilah seperti mouillettes (roti panggang kecil yang dicelupkan ke telur rebus setengah matang) atau mignardises (pastry mini yang disajikan bersama kopi untuk hidangan pencuci mulut)?

Beda Negara Beda Budaya Makan



Perbedaan Negara Begitu Pula Dengan Budaya Makannya

Di negara-negara dengan aksara latin, biasanya istilah Perancis tetap digunakan, disertai keterangan mengenai makanan tersebut. Masalahnya, China memiliki alfabet sendiri, dan istilah kuliner Perancis sulit dicari padanannya di dalam alfabet China.

Pada akhirnya, pemilik usaha kuliner memilih membuat terjemahan berupa deskripsi sedekat mungkin, misalnya "daging domba berbentuk bulat yang dipanggan" untuk noisette d'agneau en damier atau lobster biru Bellevue untuk homard bleu Bellevue.

Kadang, deskripsi tersebut bisa lebih panjang dari nama masakannya. Misalnya, oeuf toque aue poivre du Sichuan yang diterjemahkan menjadi telur yang dikeluarkan putihnya dan dibuat krim dengan cuka sherry, kapulaga, lada Sichuan, dan bawang kucai, lantas disantap bersama kuning telur yang direbus.

Bukan hanya bahasa, perbedaan budaya dalam santap menyantap juga bisa menjadi masalah, kata Zhu Yungian, pakar gaya hidup dari majalah Conde Nast Traveler. Contoh, warga China terbiasa makan tiram yang dimasak. Sementara itu, orang Perancis biasa makan tiram mentah-mentah.

Sebaliknya, dalam kuliner China, para chef harus pandai memadukan makanan bertipe panas dan dingin, yang tidak ada hubungannya dengan suhu makanan tersebut.

Domba dan ayam termasuk panas, teh hitam dan leci tergolong hangat, sedangkan bebek, strawberyy, dan teh hijau termasuk dingin. Ikan, tergantung spesiesnya, bisa berjenis dingin, netral atau hangat.

Tapi memang yang saya rasakan juga memang perbedaan budaya juga pastinya akan membuat rasanya juga akan jadi berbeda. Pengalaman saya waktu ke Jepang, saya merasakan sekali masakan Jepang yang saya makan di Jepang dengan masakan Jepang yang saya makan di Indonesia jauh berbeda sekali.

Contohnya mungkin teriyaki, saya merasakan sekali berbeda sekali, juga ketika saya makan chicken katsu. Rasanya juga beda, dari segi bumbu. Agak susah menggambarkannya, contoh lain deh yang lebih bisa dan lebih mudah untuk dipahami adalah masalah teh. Disana ada teh hijau yang disebut ocha dan teh coklat seperti kita yang disebut dengan kocha.

Kocha disana kalau teman-teman membeli teh Jepang, itu ngga pake gula. Jadi hambar aja gitu tanpa gula sama sekali, di Indonesia coba cari teh Jepang. Bukan yang dari Jepang diimpor ke Indonesia ya, kalau itu mah memang dibuat di Jepang untuk orang Jepang, tapi kemudian dipasarkan di luar Jepang, bisa jadi menyasar untuk orang Jepang yang tinggal di Indonesia.

Suntory deh contoh tehnya, itu kan teh Jepang. Di Jepang saya minum teh Suntory itu ngga ada manisnya sama sekali, teh pahit kalau orang Sunda mah. Disini teh Suntory, selalu manis.. Itu bedanya, kalau dijual persis seperti di Jepang, pahit begitu, yang akan beli palingan hanya orang Jepang yang ada di Indonesia.

Itulah kenapa masakan Jepang di Indonesia pasti berbeda rasanya dengan masakan Jepang yang ada di Jepang, karena kalau masakan Jepang yang ada di Indonesia dibuat sama persis rasanya dengan yang di Jepang, ngga bakalan laku kalau menurut saya, karena selera lidah Indonesia yang berbeda dengan lidah Jepang. Oleh karena itu dibuatlah dan dimodifikasi agar rasanya bisa diterima oleh orang Indonesia. Sekian dulu ya artikel mengenai beda negara beda budaya makan ini.


Baca juga :
  1. Makan Pagi Di Jepang
  2. Tokyo Banana
  3. Toyoko Inn Mishima City

0 Response to "Beda Negara Beda Budaya Makan"

Post a Comment

Popular posts

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel