Buku LibreOffice Untuk Meramaikan LOCI 2018
Di postingan saya beberapa waktu lalu dengan judul Cerita Di Balik LibreOffice Conference Indonesia 2018 sudah saya bahas mengenai awal mula acara tersebut, walau hanya sedikit. Postingan ini merupakan lanjutan dari postingan tersebut.
Di tengah-tengah istirahat makan siang pada acara Penerjamahan GCompris, kami membahas mengenai adanya Mini Conference dari salah satu foto yang dibagikan oleh teman penggiat dan kontributor F/LOSS di Jepang sana, dari foto tersebut maka kami punya inisiatif untuk membuat acara serupa di Indonesia, ide ini berasal dari pak Ahmad Haris.
Awalnya kami hanya akan membuat mini konferensi yang dihadiri oleh kurang lebih 50 orang saja seperti yang sudah dilakukan di beberapa negara sebelumnya (Jepang, Jerman, Italia, dll.), namun seiring berjalannya waktu, acara ini menjadi acara Open Source terbesar di Asia pada awal tahun 2018 (bisa jadi terbesar di tahun 2018).
Buku LibreOffice
Untuk mendukung acara tersebut agar lebih meriah dan terlihat keren, maka beberapa orang dari kami punya agenda yaitu dengan launching suatu produk nyata, sebagai contohnya adalah pak Iwan Tahari (Sepatu FANS) membuat boneka imut yang diberi nama Bimbim, sedangkan tugas saya yang hobi menulis, maka dapat jatah merillis salah satu buku yang sedang saya kerjakan.
Jika pada acara Gnome Asia Summit tahun 2015 beberapa tahun yang lalu saya meramaikan acara tersebut dengan buku Desain Grafis dengan Inkscape, maka pada acara LibreOffice Conference Indonesia 2018 saya akan merillis buku lain sesuai dengan tema acara yang akan berlangsung.
Awalnya saya bingung memilih buku yang akan saya rillis karena saya sedang menulis beberapa buku hampir secara bersamaan, diantaranya Scribus, GIMP, Blender, dan Krita. Pilihan pertama jatuh pada Scribus karena beberapa tahun yang lampau ketika saya kerja sebagai editor dan layouting di salah satu penebit sering menggunakan Adobe InDesign yang konsep dan fiturnya hampir sama dengan Scribus.
Nah, ketika sedang berusaha keras untuk menyelesaikan buku Scribus, tidak sengaja saya buka-buka folder lama di flashdisk jadul saya yang kapasitasnya hanya 512 MB, di flashdisk tersebut saya menemukan naskah OpenOffice yang pernah saya tulis beberapa tahun lampau. Naskah tersebut saya beri judul Menulis & Menyusun Buku dengan OpenOffice org.
Naskah tersebut pernah saya kirim ke salah satu penerbit yang ikut jadi sponsor acara BlanKonf#3 di semarang. Penerbit tersebut sering menerbitkan buku-buku komputer berbasis Open Source. Nah, kebetulan salah seorang teman saya pernah jadi editor di penerbit tersebut, atas rekomendasinya, maka saya mengirimkan naskah buku Menulis & Menyusun Buku dengan OpenOffice org.
Singkat cerita saya mengirim sample naskah buku dengan format PDF, buku saya diterima oleh penerbit tersebut dan layak untuk diterbitkan (senangnya seperti penulis pemula yang naskahnya baru pertama kali diterima penerbit). Namun sayangnya, salah satu syarat dari penerbit tersebut adalah saya harus mengirimkannya dalam format Doc. Tentu saja syarat tersebut saya tolak, karena saya tidak bisa menggunakan Microsoft Office.
Lagian buku tersebut isinya adalah cara menulis dan menyusun buku dengan OpenOffice kok saya disuruh ngirim yang formatnya aplikasi lain, dan apa susahnya sih install OpenOffice. Membaca email balasan dari penerbit yang syaratnya seperti di atas, membuat saya menjadi tambahgeram sabar dengan satu tekad, suatu saat saya bisa menerbitkan sendiri buku-buku aplikasi OpenSource.
Kembali ke masalah buku yang akan saya rillis pada acara LibreOffice Conference Indonesia 2018, setelah saya menemukan naskah buku OpenOffice di flashdisk jadul, maka saya buka naskah tersebut dan bisa dibuka dengan lancar tanpa kendala yang berarti.
Singkat cerita saya edit dan modifikasi naskah tersebut secara besar-besaran sehingga menjadi buku yang kelak membuat saya capek harus tanda tangan dan foto-foto di stan LibreOffice.
Lagian buku tersebut isinya adalah cara menulis dan menyusun buku dengan OpenOffice kok saya disuruh ngirim yang formatnya aplikasi lain, dan apa susahnya sih install OpenOffice. Membaca email balasan dari penerbit yang syaratnya seperti di atas, membuat saya menjadi tambah
Kembali ke masalah buku yang akan saya rillis pada acara LibreOffice Conference Indonesia 2018, setelah saya menemukan naskah buku OpenOffice di flashdisk jadul, maka saya buka naskah tersebut dan bisa dibuka dengan lancar tanpa kendala yang berarti.
Singkat cerita saya edit dan modifikasi naskah tersebut secara besar-besaran sehingga menjadi buku yang kelak membuat saya capek harus tanda tangan dan foto-foto di stan LibreOffice.
Demikianlah cerita mengenai Buku LibreOffice Untuk Meramaikan LOCI 2018, cerita ini masih bersambung lagi ke cerita yang lebih menarik, silakan tunggu dengan sabar kelanjutannya.
Bersambung lagi
0 Response to "Buku LibreOffice Untuk Meramaikan LOCI 2018"
Post a Comment